Jumat, 13 Mei 2011

Motivasi Belajar

MOTIVASI BELAJAR


A.      PENGERTIAN MOTIVASI
Motivasi adalah berasal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada didalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dalam pengertian Mc. Donald ini dalam (Sardiman, 2004) ada tiga elemen pokok dalam motivasi yaitu : motivasi mengawali terjadinya perubahan energy, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan (Pupuh, 2007).
Secara umum motivasi itu adalah sebagai berikut :
1.         Motivasi  dapat diartikan sebagai  daya penggerak yang  telah menjadi aktif.Motif menjadi aktif  pada saat-saat tertentu,terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat mendesak/dirasakan.
2.          Motivasi  dapat juga dikatakan  serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi  tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin  melakukan sesuatu, dan bila dia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
3.          Motivasi  dalam kegiatan  belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak  di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari  kegiatan belajar  dan yang memberikan arah  pada kegiatan belajar, sehingga tujuan  yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
4.         Motivasi belajar adalah merupakan faktor  psikis yang bersifat non-intelektual.
Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar motivasi itu sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktifitas belajar.
Ada tiga komponen utama dalam motivasi itu yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu.
Motivasi yang ada pada setiap diri seseorang akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)  Tekun menghadapi tugas (terus menerus dalam jangka waktu yang lama den tidak pernah berhenti)
2)   Ulet dalam menghadapi kesulitan.
3)   Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.
4)   Lebih senang bekerja mandiri
5)  Cepat bosan dalam tugas-tugas yang rutin, kurang kreatif.
6)  Tidak mudah melepaskan hal-hal yang telah diyakini.
7)  Senang mencari dan memecahkan masalah.
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri sebagaimana diatas berarti seseorang tersebut memiliki motivasi yang kuat.

B.       JENIS MOTIVASI
1.      Motivasi intrinsic adalah motif yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dari dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Pada intinya motivasi intrinsic adalah dorongan untuk mencapai suatu tujuan yang dapat dilalui dengan belajar, dorongan belajar ini tumbuh dari dalamk diri subyek belajar. Misalnya seseorang yang senang membaca tidak perlu ada yang menyuruh atau mendorongnya.
2.      Motivasi ekstrinsik adalah motif yang aktif atau berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Misalnya seorang itu belajar karena besok pagi ada ujian dengan harapan mendapat nilai baik, sehingga akan dipuji pacarnya atau temannya. Jadi  yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi karena ingin mendapat nilai baik atau agar mendapat pujian.


C.      FUNGSI MOTIVASI BELAJAR
Menurut Sardiman (2000:83) fungsi motivasi belajar ada tiga yakni sebagai berikut:
  1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
  2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
  3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat dengan tujuan tersebut.
Dari uraian diatas nampak jelas bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah, sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan.

D.      TEORI MOTIVASI DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN (MODEL  ARCS)
a.         TEORI MOTIVASI
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk memberikan uraian menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa.
1.      Teori Motivasi Abraham H. Maslow.
Seorang yang mendalami teori motivasi menuangkan pemikirannya dalam bukunya “Motivation and Personality”. Teori ini mengatakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklasifikasikan pada lima hierarki kebutuhan, yaitu:
1)        Kebutuhan fisiologis
2)        Kebutuhan keamanan
3)        Kebutuhan social
4)        Kebutuhan “esteem”
5)        Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Kebutuhan fisiologis ialah kebutuhan pokok manusia seperti sandang, pangan dan perumahan.  Berbagai kebutuhan fisiologis tersebut berkaitan dengan status manusia sebagai insan ekonomi. Seorang yang kemampuan ekonominya masih rendah kebutuhan pangannya masih sangat sederhana, begitu juga kebutuhan akan sandang dan perumahan. Akan tetapi apabila kemampuan seseorang meningkat ia akan terdorong untuk memikirkan pemuasan kebutuhan baik secara kualitatif maupun  kuantitatif.
Kebutuhan keamanan, kebutuhan ini harus dilihat dalam arti luas tidak hanya dalam arti keamanan fisik tetapi keamanan psikologis.
Kebutuhan social adalah bahwa dalam kehidupan manusia sebagai insane social mempunyai kebutuhan yang berkisar pada pengakuanpunmaju dan kebutuhan akan perasaan diikutsertakan atau “sence of participation”.
Kebutuhan “esteem” yaitu kebutuhan akan harga diri, karena semua orang akan memerlukan pengakuan atas keberadaan dan statusnya oleh orang lain.
Aktualisasi diri. Dewasa ini disadari bahwa dalam diri setiap orang terpendam potensi dan kemampuan yang belum sepenuhnya dikembangkan, sehingga wajar apabila seseorang itu ingin agar potensinya itu dikembangkan  menjadi kemampuan yang efektif.
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Apabila kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi maka orang akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhannya yang lebih tinggi.

2.  Teori “X” dan “Y”  oleh Douglas Mc Gregor.
Douglas Mc Gregor  menuangkan pemikirannya dalam bukunya “Human Side Of enterprise”.  Inti teori Gregor adalah:
1)      Teori “X” pada dasarnya mengatakan bahwa manusia cenderung berperilaku negative.
2)      Teori “Y” pada dasarnya mengatakan bahwa manusia cenderung berperilaku positif.
Dalam teori “X” menggunakan asumsi bahwa manusia itu mempunyai ciri bahwa para pekerja (manusia) pada dasarnya tidak senang bekerja dan apabila mungkin akan mengelak kerja. Karena para pekerja (manusia) tidak senang bekerja, mereka harus dipaksa, diawasi, atau diancam dengan berbagai tindakan agar tujuan organisasi tercapai.
Sebaliknya menurut teori “Y” menggunakan asumsi bahwa manusia itu mempunyai cirri bahwa pekerja (manusia) memandang kegiatan bekerja sebagai hal yang alamiah seperti halnya beristirahat dan bermain. Sehingga para pekerja akan melakukan tugas tanpa terlalu diarahkan dan akan berusaha mengendalikan diri sendiri.
3.  Teori Motivasi Higiene
Teori ini dikembangkan oleh Frederick Herzberg.Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya factor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
4.    Teori “ERG”
Teori ini dikembangkan oleh Clayton Alderfer dari universitas Yale. ARG merupakan akronim dari Existense, Relatedness, dan Growth. Menurut teori ini eksistensi merupakan kebutuhan nyata setiap orang sesuai dengan harkat dan martabat manusia. Kebutuhan akan relatedness tercermin pada keberadaan manusia itu dengan orang lain dan dengan lingkungannya, karena tanpa ada interaksi dengan orang lain dan lingkungan maka keberadaan manusia itu tidak mempunyai makna yang hakiki. Sedangkan Growth adalah merupakan kebutuhan manusia untuk tumbuh dan berkembang. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Maslow bahwa eksistensi adalah kebutuhan pokok, relatedness adalah kebutuhan social dan growth adalah diklasifikasikan sebagai aktualisasi diri.
5.         Teori “Tiga Kebutuhan”
Teori ini dikemukakan oleh David McCleland beserta rekannya. Inti dari teori ini adalah bahwa pemahaman akan motivasi akan lebih mendalam apabila disadari bahwa  setiap orang mempunyai tiga kebutuhan yaitu “Need for Achievement”, “Need for Power”, dan “Need for Affiliation”.
Need for Achievement adalah bahwa setiap orang ingin dipandang sebagai orang yang berhasil dalam hidupnya. Kebutuhan untuk berhasil tercermin adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan prestasi sesuai yang ditetapkan.
Need  for power menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan akan menampakkan diri pada keinginan untuk mempunyai pengaruh terhadap orang lain.
Need for affiliation umumnya tercermin pada keinginan berada pada situasi yang bersahabat dalam interaksi sesearang  dengan orang lain dalam organisasi. Kenyataan ini berangkat dari sifat manusia sebagai makhluk social.
6.         Teori Fisiologis
Teori ini juga disebut “Behaviour theories”. Menurut teori ini semua tindakan manusia berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organic atau kebutuhan untuk kepentingan fisik. Atau disebut sebagai kebutuhan primer, seperti kebutuhan makanan, minuman, udara dan lain-lain yang diperlukan untuk kepentingan tubuh seseorang. Dari teori inilah muncul perjuangan hidup, perjuangan untuk mempertahankan hidup, struggle for survival.


7.         Teori Motivasi Vroom
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu: Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas, Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu), Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan positif, netral, atau negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan, motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan

b.   PENERAPAN TEORI MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN (MODEL ARCS)
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu, faktor internal dan faktor eksternal.
1.              faktor internal merupakan keadaan atau kondisi jasmaniah dan rohaniah siswa yang terdiri dari aspek fisiologi yaitu aspek jasmaniah serta tingkat kebugaran organ tubuh, sehingga dapat mempengaruhi semangat siswa dalam mengikuti kegitan pembelajaran. Dan aspek psikologis terdiri dari tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa.
2.             faktor eksternal yaitu a) kondisi linkungan diluar siswa yang terdiri dari lingkungan sosial, nonsosial, dan pendekatan belajar. Dimana lingkungan sosial terdiri dari sekolah dan siswa. Lingkungan sekolah seperti para guru, staf administrasi, dan teman-teman yang dapat mempengaruhi semangat siswa. Lingkungan siswa terdiri dari masyarakat, tetangga dan teman sebaya. b) lingkungan nonsosial seperti gedung sekolah, rumah tempat tinggal, keluarga, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan. c) faktor pendekatan belajar seperti jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran.
Dari berbagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut, terlihat bahwa strategi pembelajaran juga menjadi salah satu faktor yang turut menentukan hasil belajar siswa. Hal ini berarti seorang guru harus bisa memilih strategi yang tepat dalam kegiatan pembelajaran di kelas agar kegiatan pembelajaran dapat terasa menyenangkan dan menghasilkan pembelajaran yang optimal.
Pada dasarnya strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga jenis ( Wena, 2009) yaitu (1) strategi pengorganisasian (organization strategy), (2) strategi penyampaian (Delivey strategy), dan (3) startegi pengelolaan (management strategy).
Strategi pengorganisasian meliputi cara untuk menata isi suatu bidang studi yang berupa tindakan pemilihan isi/materi, format penataan isi atau penyajian peta konsep yang tersaji dengan urutan yang sesuai dan sejenisnya.
Strategi Pengelolaan berkaitan dengan penataan interaksi antara siswa dan strategi pengorganisasian serta strategi penyampaian. Dalam proses belajar mengajar guru tidak cukup hanya menguasai strategi pengorganisasian isi atau penyampaian pembelajaran saja, tetapi guru juga harus mampu menguasai dan menerapkan strategi pengelolaan pembelajaran.  
Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dilakukan, seorang guru terlebih dahulu harus menata, mengorganisasikan isi pembelajaran yang akan diajarkan. Hal ini perlu dilakukan agar isi pembelajaran yang diajarkan mudah dipahami siswa. Demikian pula selama proses pembelajaran, guru diharapkan mampu menumbuhkan, menjaga/mempertahankan, dan meningkatkan motivasi belajar siswa, karena dalam proses pembelajaran guru tidak hanya memperhatikan metode dan media pembelajaran saja tetapi guru juga harus berusaha untuk selalu menjaga dan meningkatkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Banyak strategi pengelolaan yang dapat digunakan untuk menjaga motivasi belajar siswa diantaranya adalah strategi pengelolaan motivasi yang disebut ARCS yang dikembangkan oleh Keller (1983)  yaitu meliputi; Attention (Perhatian), Relevance (Relevansi), Confidence (keyakinan/rasa percaya diri siswa), dan Satisfaction (Kepuasan).


Komponen Strategi  dan Penerapan Pembelajaran ARCS sebagai berikut;
Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987). Keempat komponen tersebut adalah sebagai berikut:
1)  Attention ( Perhatian )
Perhatian merupakan salah satu poin penting dalam menjaga motivasi belajar siswa. Guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
Secara garis besar ada tiga jenis strategi untuk membangkitkan dan mempertahankan perhatian siswa dalam pembelajaran (Wena,2009), yaitu:
a.       Membangkitkan daya persepsi siswa.
Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan suatu hal yang baru, mengherankan, tidak layak ataupun dengan memberikan perubahan-perubahan rangsangan secar mendadak, misalnya dengan gerakan tubuh, nada suara, dan sebagainya.
b.      Menumbuhkan hasrat ingin meneliti.
Hal ini dapat dilakukan dengan jalan merangsang perilaku yang selalu ingin mencari informasi dengan mengajukan pertanyaan atau masalah yang memerlukan pemecahan masalah oleh siswa sendiri. Dengan adanya pertanyaan atau masalah yang ditujukan pada siswa, diharapkan perhatian siswa akan lebih terfokus pada kegiatan pembelajaran
c.       Menggunakan elemen pembelajaran yang bervariasi.
Dalam usaha mempertahankan perhatian siswa terhadap pembelajaran, dapat dilakukan dengan jalan menggunakan elemen atau unsur-unsur pembelajaran yang beraneka ragam. Variasi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan memvariasikan format tulisan dalam teks, menyajikan gambar-gambar yang bervariasi, dan warna yang beraneka ragam.

2)         Relevance (Relevansi/Mengaitkan pembelajaran dengan kebutuhan siswa)
Komponen ini merupakan komponen yang berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang. Siswa merasa kegiatan yang pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu jika terdapat relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas.
Ada tiga unsur yang dapat digunakan guna meningkatkan relevansi isi pembelajaran dengan kebutuhan siswa, yaitu:
a.       Menumbuhkan keakraban dan kebiasaan yang baik.,
Dalam usaha menumbuhkan keakraban pada diri siswa terhadap pembelajaran dapat dilakukan dengan cara menggunakan atau pemakaian bahasa yang konkret, contoh, dan konsep yang berkaitan atau berhubungan dengan pengalaman dan nilai kehidupan siswa.
b.      Menyajikan isi pembelajaran yang berorientasi pada tujuan.
Hakikat dari pemberitahuan tujuan pembelajaran adalah menginformasikan apa yang harus dicapai siswa pada akhir pembelajaran. Dengan demikian, setiap kegiatan pembelajaran selalu dapat diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan, dan sudah menjadi kewajiban guru untuk mengatakan dengan jelas tujuan yang harus dicapai oleh siswa.

c.       Menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai
Dalam hal ini untuk menciptakan relevansi terhadap pembelajaran dilakukan dengan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Guru harus memahami profil siswa seperti tingkat perkembangan siswa, gaya kognitifnya, dan kebasaan belajarnya. Dengan diketahuinya hal tersebut, guru akan lebih mudah menyesuaikan strategi yang digunakan profil siswa, dan siswa akan merasa senang dalam mengikuti pembelajaran.

3)      Confidence (Rasa Yakin diri siswa)
Komponen ini erat kaitannya dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil. Seseorang yang memiliki sikap percaya diri yang tinggi cenderung akan berhasil bagaimanapun kemampuan yang ia miliki. Sikap seseorang yang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka dalam bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus.
Sikap ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal adalah:
a.        Menyajikan prasyarat belajar
Menumbuhkan percaya diri pada siswa dapat dilakukan dengan membantu siswa memperkirakan atau mengukur kemampuannya untuk mencapai kesuksesan, dengan jalan menyajikan prasyarat unjuk kerja kriteria evaluasi
b.      Memberikan kesempatan untuk sukses
Menumbuhkan harapan siswa untuk sukses merupakan salah satu syarat membangkitkan keyakinan pada diri siswa terhadap tugas-tugas pembelajaran . Hal ini dapat dilakukan dengan menyajikan tingkat tantangan yang memungkinkan siswa mendapat pengalaman sukses yang bermakna dibawah kondisi belajar dan unjuk kerja tertentu. Siswa merasa yakin tentang apa yang dikerjakannya, dengan mengatakan bahwa ia pasti akan sukses melakukannya dan pada diri siswa akan tumbuh harapan untuk sukses

c.        Memberikan kesempatan melakukan kontrol pribadi
Dalam hal ini untuk menumbuhkan keyakinan pada diri siswa dilakukan dengan menyajikan umpan balik. Berikan umpan balik atau penguatan yang dapat mendorong usaha atau kemampuan siswa guna mencapai kesuksesan.

4)      Satisfaction (Kepuasan siswa)
Komponen yang kelima dari strategi ARCS adalah Satisfaction (Kepuasan siswa), yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan) adalah apabila siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya.
 Guru dalam kegiatan pembelajaran dapat melakukan dengan cara sebagai berikut:
a.       Menyajikan latar belajar yang alami
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan memberikan kesempatan untuk menggunakan pengetahuan atau keterampilan yang baru dikuasainya dalam situasi nyata yang menantang, dengan demikian siswa akan merasa puas karena mampu menerapkan keterampilan-keterampilan baru yang telah dipelajarinya.
b.       Memberikan penguatan yang positif
Dalam hal ini untuk menumbuhkan kepuasan dilakukan dengan memberikan umpan balik dan penguatan yang akan mempertahankan perilaku yang diinginkan. Gagne juga menyatakan bahwa umpan balik sebagai fase terakhir dalam proses pembelajaran merupakan suatu proses penguatan; dan ini sangat penting artinya dalam kehidupan manusia, khususnya dalam kaitan yang berhubungan dengan pembelajaran. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya suatu umpan balik dalam proses pembelajaran guna meningkatkan motivasi belajar siswa.
c.       Mempertahankan standar pembelajaran secara wajar
Dilakukan dengan jalan mempertahankan standar dan konsekuensi secara konsisten pada setiap penyelesaian tugas pembelajaran. Dengan demikian siswa akan merasa puas dan termotivasi dalam setiap melakukuan atau menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran, karena setiap tugas pembelajaran yang dihadapi, sesuai dengan kemampuannya dan siswa tidak merasa kesulitan dalam menyelesaikannya.


DAFTAR PUSTAKA


Dimyati dan Mujiono, 1994, Belajar dan Pembelajaran, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Jakarta.

Pupuh Faaturrahman dan Sobry Sutikno, 2007, Strategi Belajar Mangajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Islami, Refika Aditama, Bandung.

Sardiman AM, 2010, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Siagian, Sondang, 2004, Teori Motivasi dan Aplikasinya, Rineka Cipta, Rineka Cipta.

Yamin, Martinis, 2003, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Gaung Persada Press, Jakarta.

3 komentar:

  1. Gimana ya cara yang efektif untuk memotivasi anak kecil agar rajin belajar. soalnya anak2 sering bosen kalo harus belajar terus menerus????

    BalasHapus
  2. Memang dunia anak adalah dunia bermain, jangan dipaksakan untuk belajar pada saatnya beri mereka kebebasan untuk bermain dan ada kalanya anak disuruh belajar. Jangan dipaksakan maka anak akan mudah bosan. Beri mereka belajar tanggung jawab

    BalasHapus
  3. artikel yang mencerahkan..
    terimakasih.
    dont forget to visit:
    http://www.bbkcentrino.com/

    BalasHapus