Sabtu, 31 Desember 2011

Selamat Tahun Baru 2012

hari berganti
bulan berganti
tahun pun berganti
tahun baru harapan baru
tetap semangat
masa lalu adalah kenangan
hari ini adalah goresan
hari esok adalah harapan
selamat tahun baru 2012
selamat tinggal kenangan
selamat datang harapan
Semoga ditahun baru 2012
Hidup kita lebih baik
lebih sukses
Selalu mendapat berkah dari ALLAh SWT

Rabu, 14 Desember 2011

PEDEKATAN DALAM DESAIN PESAN PEMBELAJARAN

A. Pendekatan dalam Desain Pembelajaran
Dalam desain pesan pembelajaran berbentuk bahan ajar, materi pelajaran yang akan disampaikan sebagai pesan mempunyai arti penting karena pencapaian tujuan yang ditetapkan terinci dan pencapaiannya ada pada materi pembelajaran.
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
Termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dsb. (Ibu kota Negara RI adalah Jakart; Negara RI merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945). Termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek (Contoh kursi adalah tempat duduk berkaki empat, ada sandaran dan lengan-lengannya).
Termasuk materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan “jika..maka….”, misalnya “Jika logam dipanasi maka akan memuai”, rumus menghitung luas bujur sangkar adalah sisi kali sisi.
Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah mengoperasikan peralatan mikroskop, cara menyetel televisi. Materi jenis sikap (afektif) adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat bekerja, dsb.
Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Misalnya materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum dipelajari. Siswa akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui beberapa pendekatan diantaranya pendekatan kronologis, kausal, structural, logis dan psikologis, spiral dan hierarkis. Yang akan dibahas dalam materi ini adalah pendekatan logis dan psikologis, spiral dan hierarkis.

1. Pendekatan Logis dan Psikologis
Materi bahan ajar dapat disusun berdasarkan pendekatan logis. Maksud logis ialah pertama bahwa materi ajar yang disusun cukup logis bagi peserta didik yang menerima pesan dalam bahan ajar tersebut. Kedua bahwa bahan ajar yang disusun dimulai dari bagian menuju keseluruhan, sederhana menuju yang komplek, nyata ke abstrak, dan dari bagaimana menjadi mengapa.
Pendekatan pembelajaran harus menekankan kepada proses dan ketrampilan yang sesuai dengan materi pembelajaran. Materi pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan belajar peserta didik.
Pendekatan psikologis dalam menyusun bahan ajar dimulai dari keseluruhan kepada bagian, dari yang kompleks ke sederhana. Pendekatan ini didasarkan pada prinsip-prinsip psikologi, dimana individu memproses pengatahuan dan memperoleh pemahaman berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan dan pembelajaran.
Materi pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik, dimana proses penalaran dapat terjadi. Ide-ide serta pengalaman digunakan untuk mentransformasikan konsep dan pembelajaran kompleks menjadi operasi mental yang sesuai dengan peserta didik.

2. Pendekatan spiral
Pendekatan ini dikembangkan oleh Bruner, bahan ajar dipusatkan pada topic atau pokok bahasan tertentu. Dari topic atau pokok bahasan tersebut bahan diperluas dan diperdalam. Topik atau bahan ajar tersebut adalah sesuatu yang popular dan sederhana, tetapi kemudian diperluas dan diperdalam dengan bahan yang lebih kompleks.
Menurut Bruner, belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung secara bersamaan, yaitu :
a. Memperoleh informasi baru
Informasi baru merupakan penghalusan dari informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang.
b. Transformasi informasi
Informasi yang diperoleh kemudian dianalisis atau ditransformasikan kedalam bentuk yang lebih nyata atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih lugas.
c. Evaluasi
Merupakan proses relevansi dan ketepatan pengetahuan. Proses ini dilakukan dengan menilai apakah cara kita memperlakukan pengetahuan tersebut cocok atau sesuai dengan prosedur yang ada.
Pendewasaan pertumbuhan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang menurut Bruner adalah sebagai berikut :
a. Pertumbuhan intelektual ditunjukkan oleh bertambahnya ketidaktergantungan respon dari sifat stimulus.
b. Pertumbuhan intelektual tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasikan peristiwa-peristiwa menjadi suatu system penyimpanan (storage system) yang sesuai dengan lingkungan.
c. Pertumbuhan intelektual yang menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk berkata pada dirinya sendiri atau pada orang lain, dengan pertolongan kata-kata dan simbol-simbol apa yang telah dilakukan atau yang akan dilakukan.
Menurut Bruner untuk mengajar sesuatu tidak perlu ditunggu sampai akan mencapai suatu tahap perkembangan tertentu. Perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara mengatur bahan yang akan diberikan, diatur dengan baik maka anak dapat belajar meskipun dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya. Penerapan ini dikenal dengan pendekatan spiral.
Pada pendekatan ini bahan ajar yang dirancang atau disusun berisikan materi yang berhubungan dengan materi-materi lain yang terjandung didalamnya. Hal ini menyebabkan materi akan dapat lebih dari satu kali atau bahkan berulangkali disampaikan.
Dengan menggunakan pendekatan spiral adalah materi yang dituangkan dalam kurikulum tersebut dimulai dari lingkungan yang dekat dan lebih sempit menuju kepada lingkungan yang lebih jauh dan luas serta makin lama makin mendalam sehingga materi pelajaran yang telah diberikan guru kepada siswa benar-benar menjadi milik siswa dan tahan lama dalam benak anak, karena adanya pengulangan materi dan memiliki kaitan yang logis antara materi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya dengan materi yang disajikan. Pendekatan kurikulum seperti ini sangat mementingkan apresiasi sebelum pembelajaran dimulai, yaitu mengaitkan yang lalu dengan materi yang akan diberikan.

3. Pendekatan Hierarki
Pendekatan ini dikembangkan oleh Robert Gagne (1965), dengan prosedur sebagai berikut : tujuan-tujuan khusus pembelajaran dianalisis, kemudian dicari suatu hierarki urutan bahan ajar untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.Hierarki tersebut menggambarkan urutan kemampuan bawahan apa yang mula-mula harus dikuasai oleh siswa, berturut-turut sampai pada kemampuan bawahan terakhir.
Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.
Contoh : Urutan Hierarkis (berjenjang)
Soal ceritera tentang perhitungan laba rugi dalam jual beli Agar siswa mampu menghitung laba atau rugi dalam jual beli (penerapan rumus/dalil), siswa terlebih dahulu harus mempelajari konsep/ pengertian laba, rugi, penjualan, pembelian, modal dasar (penguasaan konsep). Setelah itu siswa perlu mempelajari rumus/dalil menghitung laba, dan rugi (penguasaan dalil). Selanjutnya siswa menerapkan dalil atau prinsip jual beli (penguasaan penerapan dalil).




Contoh lain tentang urutan operasi bilangan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.Contoh Urutan Materi pembelajaran Secara Hierarkis
Kompetensi dasar Urutan Materi
1. Mengoperasikan bilangan 1.1. Penjumlahan
1.2. Pengurangan
1.3. Perkalian
1.4. Pembagian

Suatu proses pembelajaran dapat berhasil dengan baik kalau proses situ secara nyata sudah tumbuh dalam diri peserta didik. Oleh karena itu sikap lebih wajar adalah menempatkan kegiatan belajar itu sendiri sebagai kegiatan sentral (Surakhmad, 1982).
Penguasaan terhadap suatu tahapan atau pengetahuan awal akan membuat proses belajar mengajar untuk materi selanjutnya akan lebih berarti. Intinya bahwa suatu yang baru haruslah dipelajari berdasarkan apa yang telah dimiliki oleh peserta didik. Pengalaman-pengalaman belajar yang baru tersebut harus disajikan dengan cara diorganisasikan terlebih dahulu dengan cara efektif dan sistematis.
Jadi pendekatan yang tepat dalam menyusun bahan ajar dalam desain pesan pembelajaran akan membantu pengguna bahan ajar untuk memahami materi yang disampaikan. Pendekatan desain dalam hal ini pendekatan dalam menyusun bahan ajar dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang dalam penyusunan bahan ajar.

Sabtu, 05 November 2011

Adab Pendidik (Guru)


ADAB PENDIDIK
“Menjual Pedang Kepada Perampok”
Perumpamaan yang diberikan oleh Imam Al Ghazali terhadap Guru yang mencelakakan muridnya, karena member ilmu yang tidak bermanfaat dan akhirnya Guru dan murid sama-sama celaka. Itulah sebabnya seorang Guru harus mempunyai sifat-sifat tertentu agar menjadi Guru yang Ideal. Sifat itu diantaranya :
a.     SAYANG TERHADAP MURIDNYA
Guru dalam memperlakukan muridnya hendaknya seperti memperlakukan anaknya sendiri, sebagaimana Rosululloh memposisikan diri terhadap umatnya. Sesungguhnya aku bagi kalian seperti ayah terhadap anakny”. (Riwayat Abu Dawud). Siapa saja yang menuntut ilmu kepada Beliau dianggap sebagai anaknya sendiri, dan selalu memanggil mereka dengan sebutan “anak-anakku”
b.     CUKUP BALASAN ALLOH SWT
Para Guru hendaknya tidak mengharap balasan dari muridnya, akan tetapi mengajar karena mencari ridha Alloh SWT. “Wahai kaumku, aku tidak meminta imbalan atas ha (sesuatu)l. Sesungguhnya imbalanku hanya karena Allah….” (Hud(11): 51).
c.     SELALU MEMBERIKAN NASIHAT
Sifat Guru yang baik tidak hanya mampu menyampaikan materi ajar kepada  muridnya, namun juga harus selalu memberikan nasihat-nasihat yang baik kepada anak didiknya, sehingga ilmu pengetahuan yang dapat diserap akan bisa member manfaat kebaikan kelak.
d.     BIJAK MEMPERINGATKAN KESALAHAN
Ketika akan didik melakukan kesalahan/perbuatan tercela, Guru hendaknya mengingatkannya dengan bijak, tidak malah merendahkannya. Sebab jika guru menempuh cara itu, maka kewibawaannya akan bisa jatuh dihadapan siswa.
e.     TIDAK MERENDAHKAN ILMU LAIN
Yang harus dihindari oleh guru adalah mencela ilmu yang lain bukan bidangnya. Guru semestinya malah memberikan motivasi kepada muridnya agar memperluas pengetahuannya. Bahkan jika guru menguasai banyak disiplin ilmu, maka hendaknya ia mengajarkannya kepada muridnya secara bertahap.
f.       MENGATAHUI KEMAMPUAN MURIDNYA
Hal yang sangat penting adalah guru harus mengetahui dan memahami seberapa besar kadar ilmu yang bisa diterima muridnya. Guru juga harus dituntut berusaha semaksimal mungkin untuk memahamkan ilmu kepada muridnya dengan berbagai metode hingga penjelasannya mudah dipahami murid.
g.     MENGAMALKAN ILMU
Selain mengajarkan ilmu, guru juga dituntut mengamalkan ilmunya. Jangan sampai perkataannya sendiri “diingkari” oleh perbuatannya sendiri dengan tidak mengamalkannya. Dikutip dari Edisi Khusus Suara Hidayatullah.

Rabu, 02 November 2011

Proses Kognitif dan Prinsip Multimedia


PROSES KOGNITIF DAN PRINSIP MULTIMEDIA


1.1         Proses Kognitif

1.1.1   Kajian Teori Multimedia
Teori belajar Kognitif yang berakar pada teori pemrosesan informasi merupakan landasan dari pengembangan multimedia. Cognitive Load Theory (CLT) yang dikemukankan oleh Sweller pada tahun 1988 adalah penjabaran lebih detil dari teori belajar kognitif yang secara khusus menekankan pada keterbatasan kapasitas working memory. Disamping dual chanel input, dan active processing. CLT telah digunakan untuk mendeskripsikan bangun kognisi manusia dan menjadi acuan dalam desain pembelajaran. Secara khusus, teori ini memberikan basis acuan empiris yang membantu desainer pembelajaran untuk mengurangi beban kognitif selama mengajar. Metode pembelajaran yang membebani secara berlebihan working memory menyebabkan belajar menjadi lebih sulit.
CLT membedakan beban kognitif menjadi tiga jenis yaitu: intrinsic cognitive laod, extraneous cognitive load, dan germane cognitive load. Intrinsic cognitive load adalah tingkat kesulitan yang melekat terkait dengan bahan instruksional. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Chandler dan Sweller. Menurut mereka, semua instruksi memiliki kesulitan yang melekat terkait dengan itu (misalnya, perhitungan 2+2, dibandingkan memecahkan persamaan diferensial). Ini kesulitan yang melekat tidak boleh diubah oleh seorang instruktur.
Germane Cognitive Load adalah bahwa beban dikhususkan untuk konstruksi, pengolahan dan otomatisasi skema. Ini pertama kali dijelaskan oleh Sweller, van Merrienboer dan Paas pada tahun 1998. Sangat penting bagi desainer instruksional untuk "mengurangi extroneous cognitive load dan mengarahkan perhatian peserta didik untuk proses kognitif yang secara langsung relevan dengan pembangunan skema".
Extraneous cognitive load berhubungan dengan desain material belajar sehingga merupakan beban kognitif yang menjadi pusat perhatian desainer pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Extraneous cognitive load merupakan cara di mana informasi ini disajikan untuk peserta didik dan berada di bawah kendali desainer instruksional. Beban ini dapat dikaitkan dengan desain bahan pembelajaran, terutama ketika intrinsic load  tinggi (yaitu, ketika masalah sulit), maka bahan harus dirancang sehingga dapat mengurangi beban yang asing.

1.1.2   Memori dan Hasil Belajar

Masalah belajar tidak terlepas dari masalah memori.  Memori dan konsep belajar saling berkaitan erat karena menghasilkan keluaran yang berupa hasil belajar. Hasil belajar tersimpan dan dipelihara dalam memori agar kelak dapat digunakan kembali (Hulse, dkk., dalam Fatimah 2006). Memori mengacu pada penyimpanan informasi, mengakses informasi yang pernah diterima. Pada dasarnya memori mencakup proses encoding (penyandian), storage (penyimpanan), dan retrieval (memanggil kembali) (Ellis, 1978). Jadi memori berkaitan dengan penerimaan informasi, penyimpanan informasi, sampai pemanggilan kembali informasi yang disimpan. Salah satu model memori yang ada adalah model memori dari Atkinson dan Shiffrin (dalam Solso,  1988) yang membagi memori menjadi 3 tempat penyimpanan, yaitu sensory memory (memori sensori), short term memory (memori jangka pendek), dan long term memory (memori jangka panjang).
Ketiga macam memori tersebut saling berkaitan erat, informasi tertentu diteruskan kedalam memori jangka pendek (STM) dan sebagian informasi akan hilang, hingga akhirnya melalui seleksi informasi diteruskan kedalam memori jangka panjang dan yang tidak diteruskan akan dilupakan (Irwanto, dkk., 1994). Informasi yang disimpan dalam memori dalam jangka panjang (LTM) dapat berpindah kembali ke memori jangka pendek dan kelupaan dapat terjadi disetiap tahap model memori tersebut. Kapasitas untuk mengingat stimulus yang masuk secara visual, seperti gambar-gambar dan semacamnya, dengan kejelasan yang luar biasa dikenal sebagai photographic memory atau eidetic imagery. Baik dalam ingatan audio maupun visual, rangsangan-rangsangan yang masuk diproses secara asimetri di otak. Baddeley (1976, dalam Solso, 1998) menunjukkan bahwa telinga kiri yang diproses oleh belahan otak kanan, bersifat dominan terhadap stimulus nada-nada dan melodi musik, sedangkan telinga kanan yang diproses oleh belahan otak kiri, lebih peka dalam menangkap rangsangan-rangsangan seperti kata-kata angka dan konsonan. Kelupaan yang terjadi di STM berhubungan erat dengan faktor storage dan retrieval.
Informasi yang disimpan dalam memori jangka panjang bersifat permanen, tetapi bukan berarti bahwa kelupaan tidak pernah terjadi. Kegagalan untuk mengingat informasi yang disimpan memungkinkan untuk terjadi karena tidak adanya petunjuk yang tepat atau efektif (Ellis, 1978). Tulvin dan Postka (dalam fatimah,., 2006) mengemukakan bahwa interferensi dapat dikurangi dengan cara memberikan petunjuk (retrievalcues) yang tepat. Petunjuk tersebut dapat berupa konteks, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa, tempat dan perasaan pada saat informasi tersebut. Kelupaan dapat pula diminimalkan dengan cara menggunakan mnemonic, yaitu strategi mengorganisasikan informasi secara visual atau verbal (Solso, 1998).


1.1.3   Working Memory

Para ahli kognitif telah banyak mengkaji peranan kemampuan pemrosesan informasi sederhana yang menjadi perantara atau variabel perbedaan individual dalam proses kognisi yang kompleks seperti pemahaman, penalaran dan pencapaian prestasi akademik. Proses belajar akademik pada dasarnya berlangsung pada sebagian besar aspek kognitif manusia. Unsur yang sangat berpengaruh adalah unsur memori dan unsur perhatian. Makin besar perhatian yang diberikan seseorang pada suatu materi maka materi itu akan tersimpan dalam sistem memorinya. Memori manusia terbagi atas memori jangka pendek dan memori jangka panjang.
Working memory memiliki sistem tersendiri untuk mengolah informasi visual dan informasi audio. Sehingga ada memori visual dan memori audio dalam sistem kognitif individu. Teori kognitif tentang working memory menyatakan bahwa berdasarkan prinsip modality, terutama dalam proses belajar dengan menggunakan multimedia, kata-kata yang digunakan perlu disajikan dalam bentuk narasi audio bukan secara visual berupa teks pada layar. Alasannya, dalam proses memori jangka pendek, presentasi bersifat audio lebih mudah diingat daripada presentasi visual. Penney (1989) menyatakan bahwa materi presentasi merupakan bauran dari modalitas audio dan visual dan menunjukkan bahwa kapasitas efektif dari working memory bisa ditingkatkan dengan menggunakan saluran visual dan audio. Hal ini juga harus didukung dengan contiguity dalam proses belajar yang menggunakan multimedia sebagai media instruksi, dimana kata dan gambar harus tersaji hampir bersamaan. Artinya tidak ada selisih waktu yang lama antara kata dan gambar. Selain itu, kata dan gambar tidak dalam tempat terpisah sehingga penyajian kata dan gambar ini bersifat contiguous, artinya terjadi secara serempak (Mayer dan Moreno dalam Fatimah, 2006).
Teori pengkodean ganda (dual coding) berasumsi bahwa manusia memiliki dua sistem pengolahan informasi yang berlainan: satu mewakili informasi verbal dan yang lain mewakili informasi visual (Solso dalam fatimah, 2006). Lebih lanjut, mengenai separated dual-code dan integrated dual-code yaitu Separated dual-code menunjukkan perbedaan yang jelas pada model penerimaan atau penyimpanan  informasi dalam memori berdasarkan informasi yang diberikan, dalam hal ini informasi visual dan informasi verbal. Informasi yang diberikan dalam bentuk kata-kata akan diterima dalam bentuk verbal, sedangkan informasi yang diterima dalam bentuk gambar akan diterima atau disimpan dalam bentuk visual. Berdasarkan teori Paivio penerima informasi akan mendapatkan gambaran yang lebih baik jika kedua bentuk informasi (verbal dan visual) diterima, karena dengan demikian penerima informasi akan dapat mempertemukan informasi yang sama dalam bentuk yang berbeda dalam memori. Sementara integrated dual-code menunjukkan bahwa informasi visual dan informasi verbal dapat diterima dalam memori sama dengan hubungan antar informasi verbal dan informasi visual.
Ada 3 proses yang berlangsung saat seseorang menerima 2 bentuk informasi (verbal dan visual), dalam waktu yang sama, yaitu: 1) membuat gambaran verbal serta kesesuaian dengan informasi verbal yang diterima; 2) membuat gambaran visual serta kesesuaian dengan informasi visual yang diterima; dan 3) membuat kesesuaian hubungan antara gambaran visual dengan gambaran verbal yang sudah diterima.
Metode IT (integrated text) meliputi adanya penciptaan hubungan isi informasi yang diterima dalam bentuk verbal dan visual. Metode ST (separated text) meliputi hubungan yang terciptakan oleh penerima informasi hanya berbentuk representational connection atau sebatas penerimaannya, tidak sampai pada isinya. Dengan demikiant teks dan gambar secara dekat ( IT) memberi hasil yang lebih baik dibandingkan dengan teks dan gambar secara terpisah (ST), kedua metode (IT dan ST) menimbulkan adanya hubungan penerimaan yaitu penggambaran secara mental dari isi informasi visual dan penggambaran secara mental dari isi informasi verbal. Maka teks dan gambar secara dekat hasilnya lebih baik dibandingkan dengan teks dan gambar secara terpisah.

1.2  Prinsip-prinsip Media dalam Pembelajaran

Terdapat enam prinsip yang harus diperhatikan berkaitan dengan elemen media yang digunakan supaya sebuah pembelajaran berlangsung efektif.  Keenam prinsip menyangkut elemen media yang disebutkan oleh Clark merupakan dasar-dasar bagaimana mengembangkan media dalam pembelajaran. Pengembangan media yang dimaksud disini adalah menyangkut kombinasi teks, grafik, dengan suara untuk penyanpaian materi pembelajaran. Keenam prinsip itu adalah sebagai berikut :

1.2.1   Prinsip Multimedia

Menurut prinsip ini  orang dapat memahami lebih baik kata-kata dengan gambar daripada hanya dengan kata-kata.  Animasi yang ditampilkan dilayar, slide show dan narasi sebaiknya memasukkan teks lisan dan tulisan serta gambar diam atau bergerak . Menambahkan grafik kedalam teks dapat meningkatkan kegiatan belajar. Yang dimaksud dengan grafik disini adalah gambar diam (garis, sketsa, diagram, foto) dan gambar bergerak (animasi dan video). Grafik yang ditambahkan kedalam teks sebaiknya yang selaras dengan pesan yang disampaikan dalam teks. Sehingga prinsip multimedia berarti harus dapat mengkombinasikan berbagai media menjadi satukesatuan yang harmonis.


1.2.2   Prinsip Contiguity (kedekatan)

Menempatkan teks didekat grafik meningkatkan kegiatan belajar. Contiguity merujuk pada susunan teks dan grafik pada layar. Seringkali dalam susunan materi e-learning, grafik disimpan pada bagian atas atau bawah teks sehingga teks dan grafik tidak bisa dilihat dalam satu layar, atau teks dan grafik tidak dapat dilihat secara bersamaan. Ini merupakan pelanggaran yang umum terjadi terhadap prinsip contiguity, yang menyatakan sebaiknya grafik dan teks yang bersesuaian diletakan berdekatan.

1.2.3   Prinsip modality

Menjelaskan grafik dengan suara meningkatkan kegiatan belajar. Prinsip ini terutama berlaku untuk animasi atau visualisasi kompleks dalam suatu topik yang relatif kompleks dan belum dikenal oleh peserta didik.

1.2.4   Prinsip Redundancy (kelebihan)

Menjelaskan grafik dengan suara dan teks yang berlebihan dapat merusak kegiatan belajar. Banyak program e-learning yang menyajikan kata-kata dalam teks dan suara yang membaca teks. Banyak hasil riset yang mengindikasikan bahwa kegiatan belajar terganggu ketuka sebuah grafik dijelaskan melalui kombinasi teks dan narasi yang membaca teks.

1.2.5   Prinsip Coherence (kesesuaian)

Menggunakan visualisasi, teks, dan suara yang tidak berhubungan (sembarangan) dapat merusak kegiatan belajar. Dalam banyak website e-learning sering ditemukan penambahan-penambahan yang tidak perlu, misalnya penambahan games, music latar, dan ikon-ikon tokoh kartun terkenal. Penambahan-penambahan ini selain tidak meningkatkan kegiatan belajar, juga dapat merusak kegiatan belajar itu sendiri.





1.2.6   Prinsip Personalisasi

Menggunakan bentuk percakapan dan gaya-gaya pedagogis dapat meningkatkan kegiatan belajar. Sejumlah penelitian yang dirangkum oleh Byron Reeves dan Clifford dalam bukunya, The Media Equation, menunjukan bahwa seseorang memberikan respon terhadap komputer seperti ketika ia memberikan respon kepada orang lain.
Gunakan multimedia (kombinasi antara teks, gambar, grafik, audio, narasi, animasi, simulasi, video) untuk mengakomodir perbedaan modalitas belajar. Karena masing-masing individu belajar memiliki modalitas belajar yang berbeda.
Pemilihan media untuk dikembangkan menjadi multimedia  menyerupai dengan pemilihan media untuk pembelajaran dengan system tatap muka atau tradisional. Penyampain materi pembelajaran melalui multimedia harus disesuaikan dengan materi ajar dan peserta didik itu sendiri. Pengembangan multimedia untuk e-learning dimulai dengan melihat tujuan kegiatan belajar, yaitu apakah tujuan belajar dapat dicapai melalui kegiatan mendengarkan, melihat, atau melalui interaksi media.




Jumat, 14 Oktober 2011

Silabus IPS Terpadu Berkarakter


 

Silabus

               Sekolah                     : SMP Negeri 6 Muaro Jambi
               Kelas                          : VIII (delapan)
               Mata Pelajaran         : Ilmu Pengetahuan Sosial
Tema                           : Seabad Kebangkitan Bangsaku
               Semester                    : 1 (satu)

             Standar Kompetensi : 1. memahami permasalahan sosial berkaitan dengan pertumbuhan jumlah penduduk.
 2. Memahami proses kebangkitan nasional.
 3. Memahami masalah penyimpangan sosial.


Kompetensi
Dasar
Materi
Pokok/
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Nilai Budaya dan
Kareakter Bangsa
Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
Kewirausahaan
Teknik
Bentuk
 Instrumen
Contoh
Instrumen

1.1  Mendeskripsikan kon disi fisik wilayah dan penduduk





































Letak geografis Indonesia (posisi geografis dan letak geografis).


Kaitan letak geografis dengan iklim dan waktu di Indonesia.



Musim di Indonesia.








Persebaran flora dan fauna Indonesia dan kaitannya dengan pembagian wilayah  Wallacea dan Weber.




Persebaran jenis tanah di Indonesia.
Pemanfatan berbagai jenis tanah di Indonesia.







Mengamati peta tentang posisi geografis dan letak geografis  Indonesia.



Tanya jawab tentang kaitan letak geografis dengan iklim di Indonesia.

                 


Mengkaji kaitan letak geografis dengan waktu dan perubahan musimdi Indonesia.







Membuat peta persebaran flora dan fauna Indonesia.










Mengamati peta tentang persebaran jenis tanah di Indonesia.
Diskusi tentang pemanfaatan berbagai jenis tanah di Indonesia.


  • Kerja keras
kerja keras




  • Mandiri
Mandiri,





  • Tanggung jawab
  • Mandiri


Mandiri





  • Kerja keras
  • Tanggungjawab

Kerja kera
Mandiri







  • Kerja keras


Kerja keras




Menunjukkan letak geografis (posisi geografis, letak geografis) Indonesia dengan kerja keras


Menganalisis hubungan posisi geografis dengan perubahan musim di Indonesia.



Mengidentifikasi penyebab terjadinya perubahan musim dan menentukan bulan berlangsungnya musim hujan dan musim kemarau di wilayah Indonesia.


Menyajikan informasi persebaran flora dan fauna  tipe Asia, tipe Australia  serta kaitannya dengan pembagian wilayah Wallacea dan Weber.





Mendeskripsikan persebaran jenis tanah dan pemanfaatannya di Indonesia.

Tes tulis





Tes tulis






Tes tertulis








Non tes











Non tes

Tes Uraian





Tes Uraian






Tes uraian









Uji Petik Kerja Produk









Uji petik kerja produk

 Tuliskankan letak  Geografis wilayah  
 Indonesia?



Jelaskan kaitan posisi geografis dengan perubahan musim di Indonesia.



Jelaskan pengaruh letak geografis  terhadap musim di Indonesia






Buatlah peta persebaran flora dan fauna di Indonesia









Buatlah Peta persebaran jenis tanah di Indonesia dengan memberikan warna yang berbeda untuk jenis tanah yang berbeda


4 JP

Peta Indonesia
Atlas
Peta pembagian wilayah waktu di Indonesia.
Peta angin muson di Indonesia.
Peta pembagian wilayaf flora dan fauna Indonesia.
Peta perse baran jenis tanah di Indonesia.
Buku Geografi yang relevan.

Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran
Nilai Karakter Budaya Bangsa
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Kewwirausahaan
Teknik
Bentuk
 Instrumen
Contoh
Instrumen
2.2. Mengurai-
kan proses ter
bentuknya ke
sadaran
nasional, iden titas Indonesia , dan perkemba  ngan pergerak an kebangsaan Indonesia


Perkembangan pendidikan Barat dan perkem bangan pendi dikan Islam terhadap munculnya nasionalisme Indonesia





Peranan golongan terpelajar ,profesional dan pers dalam menumbuh kembangkan kesadaran nasional
Indonesia


Perkembangan pergerakan nasional dari yang bersifat etnik ,kedaerahan ,keagamaan sampai terbentuknya nasinalisme Indonesia


Peran manifesto politik 1925, Konggres Pemuda 1928 dan Konggres Perempuan Pertama dalam proses pembentukan identitas kebangsaan Indonesia
Membaca buku referensi tentang perkembangan pendidikan Barat dan perkembangan pendidikan Islam terhadap munculnya nasionalisme Indonesia








Mendiskusikan  peranan  golongan terpelajar ,profesional dan pers dalam mengembangkan wilayah dan lingkungannya kemudian membandingkan dengan peranan golongan terpelajar ,profesionaldan pers pada masa pergerakan nasional


Membaca buku referensi tentang perkembangan pergerakan nasional dari yang bersifat etnik ,kedaerahan ,keagamaan sampai terbentuknya nasionalisme Indonesia





Menelaah peran manifesto politik 1928,dan Konggres Pemuda 1928,dan Konggres Perempuan Pertama dalam proses pembentukan identitas kebangsaan Indonesia dengan membaca buku referensi dan mengamati gambar
·      Mandiri
·      Gemar membaca
 
    Mandiri










·      Demokrasi
 
  Toleransi








·      Mandiri
·      Gemar membaca
  Kerja keras
  Mandiri








·      Tanggung jawab
·      Mandiri
  Kerja keras
       Mandiri
Menjelaskan pengaruh perluasan kekuasaan kolonial , perkembangan pendidikan Barat ,dan perkembangan pendidikan islam terhadap munculnya nasionalisme Indonesia






Mendiskripsikan peranan golongan terpelajar ,profesional ,dan pers dalam menumbuh kembangkan kesadaran  nasional  Indonesia





Mendiskripsikan perkembangan  pergerakan nasional dari yang bersifat etnik, kedaerahan , keagamaan sampai terbentuknya nasionalisme Indonesia





Mendiskripsikan peran manifesto politik 1925, Konggres Pemuda 1928, dan Konggres Perempuan Pertama dalam proses pembentukan identitas kebangsaan Indonesia


Tes tulis













Tes tulis










Tes tulis











Non tes









Tes pilihan ganda












Tes uraian










Tes uraian











Uji Petik Kerja Produk

Pengaruh pendidikan Barat terhadapbangsa Indonesia ialah....
a.melahirkan golongan terpelajar
b.melahirkan tokoh politik
c.memunculkan ahli ekonomi
d.munculnya golongan anti Belanda


Jelaskan peranan golongan terpelajar ,profesional ,dan pers dalam menumbuh kembangkan kesadaran  nasional  Indonesia




Sebutkan contoh –contoh organisasi kebangsaan yang bersifat etnik ,kedaerahan dan keagamaan






Buatlah kliping dari   sumber-sumber yang relefan tentang manifesto politik, Konggres Pemuda 1928, dan Konggres Perempuan Pertama
10JP




Kompetensi
Dasar
Materi
Pokok/
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Nilai Budaya dan
Karakter Bangsa
Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
kewirausahaan
Teknik
Bentuk
 Instrumen
Contoh
Instrumen

3.2.  Mengident
fikasi berbagai usaha pencega han penyimpa ngan sosial dalam keluarga dan masyarakat


Akibat penyim pangan sosial
dalam keluarga
dan masyarakat






Faktor-faktor  pe nyebab terjadinya penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat


Upaya-upaya pen cegahan penyim pangan sosial
dlm keluarga dan masyarakat.



Diskusi tentang akibat dari penyimpangan sosial dalam
keluarga dan masyarakat.

                                       





faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan sosial


.



    Diskusi tentang upaya-upaya pencegahan penyimpangan sosial
     Dalam keluarga dan masyarakat


.


·      Demokratis
       Toleransi








·      Jujur







·      Demokratis
      Toleransi
     

Mengidentifikasi akibat penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat.






Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan sosial,




Mengidentifikasi  upaya-upaya pencegahan penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat.


Tes tertulis








Tes tulis







Tes tulis

Tes uraian








Tes Uraian







Tes Uraian

Jelaskan akibat penyimpangan sosial bagi keluarga






Tuliskan faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan sosial !





Tuliskan upaya-upaya untuk mencegah penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat!



Gambar-gambar perilaku penyimpangan sosial.

Keluarga
Masyarakat
Media massa
Media elektronik
Buku yang relevan.



Mengetahui,                                                                                                                                                                                                    Sengeti,  20 Juni 2011
Kepala SMP Negero 6 Muaro Jambi                                                                                                                                                              Guru Mata Pelajaran




…………………………..                                                                                                                                                                              ……………………………….
NIP                                                                                                                                                                                                                 NIP.