KAJIAN FILSAFAT SEBUAH ANALISIS KRITIS TENTANG
PENDIDIKAN DI INDONESIA
1. Bibliografi
Nama Penulis : Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung
Diakses tanggal 5 Mei 2011
2. Tujuan Penulisan
Dalam artikel ini penulis ingin memberikan gambaran tentang pendidikan di Indonesia dan beberapa kesalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia
3. Fakta filsafat yang ditemukan dalam pendidikan di Indonesia
Beberapa fakta filsafat yang kami temukan dalam pendidikan di Indonesia adalah:
a. Fakta filsafat yang ada adalah dalam “Pengertian pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan - Red), mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak”, dan “Dalam pendidikan terdapat dua hal penting yaitu aspek kognitif (berpikir) dan aspek afektif (merasa)”. Merupakan konsep pendidikan yang memandang manusia tidak hanya memandang berdasarkan aspek fisik saja tetapi juga dari segi mental/rohani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia.
b. Dalam pendidikan di Indonesia peserta didik dianggap sebagai safe-deposit-box dimana guru mentransfer bahan ajar kepada peserta didik. Dan sewaktu-waktu jika itu diperlukan maka akan diambil dan dipergunakan. Jadi peserta didik hanya menampung apa yang disampaikan guru tanpa mencoba untuk berpikir lebih jauh tentang apa yang diterimanya, atau minimal terjadi proses seleksi kritis tentang bahan ajar yang ia terima.
Fakta pendidikan ini sejalan dengan aliran filsafat materialisme yang hanya memandang sesuatu itu hanya materi, bukan rohani, spiritual atau supranatural. Karena dalam dunia pendidikan di Indonesia guru hanya mengajar bukan mendidik, guru hanya menyampaikan materi bukan mengajarkan nilai (value) tanpa memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir kritis dan kreatif.
c. Konsep pendidikan di Indonesia adalah pendidikan mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Fakta pendidikan di Indonesia tersebut sejalan dengan filsafat progresivisme dimana dalam progresivisme menjunjung tinggi hak asasi individu dan menjunjung tinggi akan nilai demokratis. Sehingga progresivisme dianggap sebagai The Liberal Road of Cultlire (kebebasan mutlak menuju kearah kebudayaan) maksudnya nilai-nilai yang dianut bersifat fleksibel terhadap perubahan, toleran dan terbuka (open minded). Dan menuntut pribadi-pribadi penganutnya untuk selalu bersikap penjelajah, peneliti, guna mengembangkan pengalamannya. Mereka harus memiliki sikap terbuka dan berkemauan baik sambil mendengarkan kritik dan ide-ide lawan sambil memberi kesempatan kepada mereka untuk membuktikan argumen tcrsebut.
d. Dalam pendidikan di Indonesia menyatakan bahwa hakekat belajar adalah proses pemberian pengalaman kepada peserta didik yang hal ini sejalan dengan filsafat ekstensialisme yang menekankan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas.
4. Pertanyaan yang mungkin muncul
a. Apakah pengertian pendidikan itu?
b. Bagaimanakah format pendidikan yang ideal?
c. Apakah dalam penilaian pendidikan di Indonesia hanya menekankan penilaian dari aspek kognitif saja?
d. Bagaimana contoh penilaian yang bisa memadukan ketiga ranah penilaian?
5. Konsep filsafat yang berkaitan dengan artikel.
a. Filsafat pendidikan realism
Aliran filsafat yang memandang realitas secara dualistis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia.
b. Filsafat pendidikan materialism
Aliran Filsafat materialism adalah aliran filsafat yang berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau supernatural. Sehingga memandang dunia ini dari aspek materi saja/aspek kebendaan.
c. Filsafat pendidikan progresivisme
Aliran Progresivisme merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
d. Filsafat pendidikan ekstensialisme
Aliran filsafat eksistensialisme menekankan pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas.
6. Refleksi diri
Setiap guru pasti menginginkan tujuan pendidikan tercapai dengan baik, karena dengan pendidikan sumber daya manusia Indonesia kualitasnya akan meningkat. Kenyataan di lapangan banyak diantara guru-guru di Indonesia dalam melakukan evaluasi hanya menekankan pada aspek kognitif saja mulai ulangan harian, ulangan semester dan sampai ujian nasional. Karena dengan hanya menekankan pada aspek kognitif saja maka tidak melatih siswanya untuk kreatif dan berfikir kritis.
Sehingga kita hanya tercetak sebagai generasi-generasi yang pintar tapi tidak memiliki karakter-karakter yang dibutuhkan oleh bangsa ini. Sudah 45 tahun Indonesia merdeka, dan setiap tahunnya keluar ribuan hingga jutaan kaum intelektual. Tapi tak kuasa mengubah nasib bangsa ini.
Sistem pendidikan yang top-down atau dari atas kebawah sudah tidak cocok lagi diselenggarakan pada masa sekarang sejalan dengan era otonomi daerah. Pendidikan harus dimulai dari kebutuhan peserta didik sehingga kebijakan pendidikan harus bottom up. Dalam pendidikan di Indonesia Freire menyebutnya dengan banking-system. Dalam artian peserta didik dianggap sebagai safe-deposit-box dimana guru mentransfer bahan ajar kepada peserta didik. Dan sewaktu-waktu jika itu diperlukan maka akan diambil dan dipergunakan. Jadi peserta didik hanya menampung apa yang disampaikan guru tanpa mencoba berpikir lebih jauh tentang apa yang diterimanya, atau minimal terjadi proses seleksi kritis tentang bahan ajar yang ia terima. Pendidikan idealnya harus mampu menciptakan generasi yang mampu berfikir kritis sehingga perlu dikembangkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan multistrategi dan multimedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar