Kamis, 26 Mei 2011

Menembus Keterbatasan


MENEMBUS KETERBATASAN

Seorang gadis kecil tak bisa melihat dan mendengar. Baginya dunia begitu sunyi dan tanpa warna. Kedua indera yang begitu penting bagi kehidupan manusia tersebut lenyap diusia balita oleh sebuah penyakit. Walaupun mulutnya mampu mengeluarkan suara tapi ia tak mampu berbicara. Isyarat  yang ia gunakan sering tidak memadai, kegagalan mengkomunikasikan perasaan dan keinginan seringkali menimbulkan ledakan kemarahan dan amukan.
                Aku merasa seolah-olah ada tangan-tangan yang tak terlihat mencengkeramku dan aku berusaha untuk melepaskan diri. Kedua orang tuaku sangat sedih karena rumahku terpencil dan jauh dari sekolah tunarungu dan tunanetra.
                Akhirnya seorang guru datang membimbing, dan menuntunnya. Awalnya tak mudah.
Suatu kali ia merasa kesulitan mempelajari kata “water” lalu ia membanting bonekanya yang masih baru hingga hancur. Ia merasa senang ketika gurunya menyapu pecahan boneka tersebut. Tak ada kata menyesal bahkan ia puas karena telah melampiaskan rasa tidak nyamannya.
                 Apa yang dilakukan sang guru ? Ia membawa topi dan mengajak jalan keluar mereka berjalan keluar menuju sebuah sumur. Gurunya meletakkan tangannya dibawah saluran air. Saat merasakan sejuknya semburan air, ia mengeja kata “water”. Ia kemudian mengetahui bahwa sesuatu yang sejuk dan mengalir ditangannya adalah “water”. Ia baru menyadari bahwa sesuatu itu memiliki nama dan melahirkan gagasan. Ia merasa dunianya mulai bercahaya meski harus melalui perjuangan dan kerja keras untuk belajar dan belajar.
Dialah “Helen Keller” penyandang tunanetra dan tunarungu pertama yang meraih gelar sarjana. Selain bahasa Inggris, ia menguasai bahasa Jerman, Perancis dan Latin. Kata-kata mutiaranya tersebar dan hingga saat ini sering dikutip banyak orang.
                Sang guru yang mengajar penuh cinta adalah “Anne Sullivan” . Menurut Helen  “Awalnya aku hanya butiran-butiran kemungkinan. Gurukulah yang membuka  dan mengembangkan kemungkinan itu. Saat ia datang, segala segala yang kumiliki menghembus cinta dan kebahagiaan sehingga menjadi penuh makna. Sejak itu ia tak pernah melewatkan peluang untuk menunjukkan keindahan dalam segala hal ataupun berhenti berusaha dalam pikiran, tindakan dan tgeladan untuk membuat hidupku indah dan berguna”
Menurut Helen semua guru bisa membawa anak keruang kelas, tapi tidak semua guru bisa membuat muridnya bisa belajar.
Kecerdasan Guruku, simpati, dan kasih sayangnya telah membuat tahun-tahun pertama pendidikanku begitu indah. Guruku sangat dekat denganku sampai-sampai aku tak pernah berfikir jauh darinya. Tak ada bakat, mimpi dan kebahagiannku yang tak dibangkitkan oleh sentuhannya yang penuh kasih sayang”.
Dari kisah diatas memberikan gambaran begitu pentingnya peran seorang guru bagi perkembangan jiwa maupun kemampuan akademis anak.

“Meski digedung mewah, tanpa guru berkualitas proses pendidikan berkualitas tidak berlangsung, namun dengan guru berkualitas dibawah sebatang pohonpun proses pendidikan berkualitas akan berlangsung.”

Tidak ada siswa yang bodoh tapi yang ada siswa yang belum menemukan guru yang terbaik (Yohanes Surya)

Jika kamu tidak mencintai pekerjaan yang sedang kamu lakukan kamu akan sakit secara fisik, mental, atau spiritual bahkan bisa jadi kamu akan membikin orang lain ikut sakit. Lorraine Monroe

KESUKSESAN ADALAH SUKSES TERHADAP  TUHAN  YANG MAHA ESA, SUKSES SEBAGAI PRIBADI, SUKSES BAGI  ORANG LAIN
Salam hangat untuk semua Guru dan Guruku….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar