Sabtu, 31 Desember 2011

Selamat Tahun Baru 2012

hari berganti
bulan berganti
tahun pun berganti
tahun baru harapan baru
tetap semangat
masa lalu adalah kenangan
hari ini adalah goresan
hari esok adalah harapan
selamat tahun baru 2012
selamat tinggal kenangan
selamat datang harapan
Semoga ditahun baru 2012
Hidup kita lebih baik
lebih sukses
Selalu mendapat berkah dari ALLAh SWT

Rabu, 14 Desember 2011

PEDEKATAN DALAM DESAIN PESAN PEMBELAJARAN

A. Pendekatan dalam Desain Pembelajaran
Dalam desain pesan pembelajaran berbentuk bahan ajar, materi pelajaran yang akan disampaikan sebagai pesan mempunyai arti penting karena pencapaian tujuan yang ditetapkan terinci dan pencapaiannya ada pada materi pembelajaran.
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
Termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dsb. (Ibu kota Negara RI adalah Jakart; Negara RI merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945). Termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek (Contoh kursi adalah tempat duduk berkaki empat, ada sandaran dan lengan-lengannya).
Termasuk materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan “jika..maka….”, misalnya “Jika logam dipanasi maka akan memuai”, rumus menghitung luas bujur sangkar adalah sisi kali sisi.
Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah mengoperasikan peralatan mikroskop, cara menyetel televisi. Materi jenis sikap (afektif) adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat bekerja, dsb.
Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Misalnya materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum dipelajari. Siswa akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui beberapa pendekatan diantaranya pendekatan kronologis, kausal, structural, logis dan psikologis, spiral dan hierarkis. Yang akan dibahas dalam materi ini adalah pendekatan logis dan psikologis, spiral dan hierarkis.

1. Pendekatan Logis dan Psikologis
Materi bahan ajar dapat disusun berdasarkan pendekatan logis. Maksud logis ialah pertama bahwa materi ajar yang disusun cukup logis bagi peserta didik yang menerima pesan dalam bahan ajar tersebut. Kedua bahwa bahan ajar yang disusun dimulai dari bagian menuju keseluruhan, sederhana menuju yang komplek, nyata ke abstrak, dan dari bagaimana menjadi mengapa.
Pendekatan pembelajaran harus menekankan kepada proses dan ketrampilan yang sesuai dengan materi pembelajaran. Materi pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan belajar peserta didik.
Pendekatan psikologis dalam menyusun bahan ajar dimulai dari keseluruhan kepada bagian, dari yang kompleks ke sederhana. Pendekatan ini didasarkan pada prinsip-prinsip psikologi, dimana individu memproses pengatahuan dan memperoleh pemahaman berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan dan pembelajaran.
Materi pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik, dimana proses penalaran dapat terjadi. Ide-ide serta pengalaman digunakan untuk mentransformasikan konsep dan pembelajaran kompleks menjadi operasi mental yang sesuai dengan peserta didik.

2. Pendekatan spiral
Pendekatan ini dikembangkan oleh Bruner, bahan ajar dipusatkan pada topic atau pokok bahasan tertentu. Dari topic atau pokok bahasan tersebut bahan diperluas dan diperdalam. Topik atau bahan ajar tersebut adalah sesuatu yang popular dan sederhana, tetapi kemudian diperluas dan diperdalam dengan bahan yang lebih kompleks.
Menurut Bruner, belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung secara bersamaan, yaitu :
a. Memperoleh informasi baru
Informasi baru merupakan penghalusan dari informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang.
b. Transformasi informasi
Informasi yang diperoleh kemudian dianalisis atau ditransformasikan kedalam bentuk yang lebih nyata atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih lugas.
c. Evaluasi
Merupakan proses relevansi dan ketepatan pengetahuan. Proses ini dilakukan dengan menilai apakah cara kita memperlakukan pengetahuan tersebut cocok atau sesuai dengan prosedur yang ada.
Pendewasaan pertumbuhan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang menurut Bruner adalah sebagai berikut :
a. Pertumbuhan intelektual ditunjukkan oleh bertambahnya ketidaktergantungan respon dari sifat stimulus.
b. Pertumbuhan intelektual tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasikan peristiwa-peristiwa menjadi suatu system penyimpanan (storage system) yang sesuai dengan lingkungan.
c. Pertumbuhan intelektual yang menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk berkata pada dirinya sendiri atau pada orang lain, dengan pertolongan kata-kata dan simbol-simbol apa yang telah dilakukan atau yang akan dilakukan.
Menurut Bruner untuk mengajar sesuatu tidak perlu ditunggu sampai akan mencapai suatu tahap perkembangan tertentu. Perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara mengatur bahan yang akan diberikan, diatur dengan baik maka anak dapat belajar meskipun dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya. Penerapan ini dikenal dengan pendekatan spiral.
Pada pendekatan ini bahan ajar yang dirancang atau disusun berisikan materi yang berhubungan dengan materi-materi lain yang terjandung didalamnya. Hal ini menyebabkan materi akan dapat lebih dari satu kali atau bahkan berulangkali disampaikan.
Dengan menggunakan pendekatan spiral adalah materi yang dituangkan dalam kurikulum tersebut dimulai dari lingkungan yang dekat dan lebih sempit menuju kepada lingkungan yang lebih jauh dan luas serta makin lama makin mendalam sehingga materi pelajaran yang telah diberikan guru kepada siswa benar-benar menjadi milik siswa dan tahan lama dalam benak anak, karena adanya pengulangan materi dan memiliki kaitan yang logis antara materi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya dengan materi yang disajikan. Pendekatan kurikulum seperti ini sangat mementingkan apresiasi sebelum pembelajaran dimulai, yaitu mengaitkan yang lalu dengan materi yang akan diberikan.

3. Pendekatan Hierarki
Pendekatan ini dikembangkan oleh Robert Gagne (1965), dengan prosedur sebagai berikut : tujuan-tujuan khusus pembelajaran dianalisis, kemudian dicari suatu hierarki urutan bahan ajar untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.Hierarki tersebut menggambarkan urutan kemampuan bawahan apa yang mula-mula harus dikuasai oleh siswa, berturut-turut sampai pada kemampuan bawahan terakhir.
Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.
Contoh : Urutan Hierarkis (berjenjang)
Soal ceritera tentang perhitungan laba rugi dalam jual beli Agar siswa mampu menghitung laba atau rugi dalam jual beli (penerapan rumus/dalil), siswa terlebih dahulu harus mempelajari konsep/ pengertian laba, rugi, penjualan, pembelian, modal dasar (penguasaan konsep). Setelah itu siswa perlu mempelajari rumus/dalil menghitung laba, dan rugi (penguasaan dalil). Selanjutnya siswa menerapkan dalil atau prinsip jual beli (penguasaan penerapan dalil).




Contoh lain tentang urutan operasi bilangan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.Contoh Urutan Materi pembelajaran Secara Hierarkis
Kompetensi dasar Urutan Materi
1. Mengoperasikan bilangan 1.1. Penjumlahan
1.2. Pengurangan
1.3. Perkalian
1.4. Pembagian

Suatu proses pembelajaran dapat berhasil dengan baik kalau proses situ secara nyata sudah tumbuh dalam diri peserta didik. Oleh karena itu sikap lebih wajar adalah menempatkan kegiatan belajar itu sendiri sebagai kegiatan sentral (Surakhmad, 1982).
Penguasaan terhadap suatu tahapan atau pengetahuan awal akan membuat proses belajar mengajar untuk materi selanjutnya akan lebih berarti. Intinya bahwa suatu yang baru haruslah dipelajari berdasarkan apa yang telah dimiliki oleh peserta didik. Pengalaman-pengalaman belajar yang baru tersebut harus disajikan dengan cara diorganisasikan terlebih dahulu dengan cara efektif dan sistematis.
Jadi pendekatan yang tepat dalam menyusun bahan ajar dalam desain pesan pembelajaran akan membantu pengguna bahan ajar untuk memahami materi yang disampaikan. Pendekatan desain dalam hal ini pendekatan dalam menyusun bahan ajar dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang dalam penyusunan bahan ajar.