Jumat, 05 Agustus 2011

PENERAPAN MODEL INVESTIGASI KELOMPOK DALAM MATA PELAJARAN IPS SMP


BAB I
Pendahuluan

1.1.       Latar Belakang
Di Indonesia pengertian IPS diberbagai jenjang pendidikan mempunyai perbedaan khususnya antara IPS di SD, IPS di SMP dan IPS di SMA. Pengertian IPS di tingkat berbagai jenjang pendidikan tersebut ada yang merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu. Perbedaan ini dapat diidentifikasi dari perbedaan pendekatan yang diterapkan pada masing-masing jenjang pendidikan tersebut.
Tujuan Mata Pelajaran IPS di SMP adalah a) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkunyannya, b) memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah social, dan ketrampilan dalam kehidupan social, c) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai social dan kemanusiaan, dan d) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik ditingkat local, nasional, dan global.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kreativitas seorang guru dalam mengelola pembelajaran dikelas yang dikemas dalam bentuk model pembelajaran. Sehingga dalam model pembelajaran tersebut keseluruhan kehidupan kelas  ditata atau diorganisasikan sebagai bentuk kecil atau miniatur yang akan mencerminkan kehidupan demokrasi. Dalam sebuah model pembelajaran siswa memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan sistem sosial melalui pengalaman  yang secara berangsur-angsur belajar bagaimana menerapkan metode yang berwawasan keilmuan dalam memperbaiki kehidupan masyarakat. Berkenaan dengan itu, siswa hendaknya berusaha menciptakan suasana yang memungkinkan tumbuhnya kehidupan kelas yang demokratis.
Model Investigasi kelompok adalah Salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran IPS tersebut.
Model pembelajaran Investigasi Kelompok atau “Group Investigation” mengambil model yang berlaku dalam masyarakat, terutama mengenai cara anggota masyarakat melakukan proses mekanisme sosial melalui serangkaian kesepakatan sosial. Melalui kesepakatan inilah pebelajar memperoleh pengetahuan akademis dan mereka melibatkan diri dalam pemecahan masalah sosial.
Berdasarkan pemikiran inilah kami ingin menerapkan model pembelajaran Investigasi kelompok dalam mata pelajaran IPS di sekolah menengah pertama.

1.1.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
a.         Apakah hakikat model pembelajaran Investigasi Kelompok ?
b.        Bagaimana karakteristik model pembelajaran Investigasi Kelompok ?
c.         Bagaimana kerangka operasional model pembelajaran Investigasi Kelompok ?

1.2.       Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
a.           Menjelaskan hakikat model pembelajaran Investigasi Kelompok.
b.           Menjelaskan karakteristik model pembelajaran Investigasi Kelompok.
c.           Menjelaskan kerangka operasional model pembelajaran Investigasi Kelompok.




BAB II
Pembahasan

2.1.  Hakekat Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
Secara khusus istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan sesuatu kegiatan.  Atas dasar tersebut, maka yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Model pembelajaran secara mendasar bukan semata-mata menyangkut kegiatan belajar guru tetapi justru lebih menitikberatkan kepada aktivitas murid. Sehingga hakekat model pembelajaran adalah membantu para pelajar memperoleh informasi, ide, ketrampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar. Dengan demikian aktivitas belajar mengajar benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.
Joyce dan Weil dalam Udin (1996) mengelompokkan model-model pembelajaran menjadi empat kategori, yakni: 1) Kelompok Model Pengolahan Informasi atau “The Information Processing Family”, 2) Kelompok Model Personal atau “The Personal Family”, 3) Kelompok Model Social atau “The social Family” , dan 4) Kelompok Model System Perilaku atau “The Behavioral Sistem Family”.
Model-model belajar pengolahan informasi pada dasarnya menitikberatkan pada cara-cara memperkuat dorongan-dorongan internal yang datang dari dalam diri manusia untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahan serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya.
Kelompok model personal memusatkan perhatian pada pandangan dan berusaha menggalakkan kemandirian yang produktif, sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggungjawab atas tujuannya.
Kelompok model social dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama, dimana kerjasama merupakan salah satu fenomena kehidupan masyarakat yang dapat membangkitkan dan menghimpun  tenaga manusia secara kelompok yang dapat membantu berbagai proses belajar.
Model system perilaku memusatkan perhatiannya pada perilaku yang terobservasi, metode, dan tugas yang diberikan dalam rangka mengkomunikasikan keberhasilan.
Berdasarkan pengelompokannya model investigasi kelompok termasuk kelompok model social.

2.2.  Karakteristik Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
Model Investigasi kelompok merupakan bentuk pembelajaran kooperatif dengan metode spesialisasi tugas.
Sebuah model investigasi kooperatif dari pembelajaran dikelas diperoleh dari premis bahwa baik domain social maupun intelektual proses pembelajaran disekolah melibatkan nilai-nilai yang didukungnya. Model investigasi tidak akan dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung dialog interpersonal atau yang tidak memperhatikan dimensi rasa social dari pembelajaran  didalam kelas. Komunikasi dan interaksi kooperatif diantara teman sekelas dan sikap-sikap kooperatif bias terus bertahan.  Aspek rasa social dari kelompok, pertukaran intelektualnya, dan maksud dari subyek yang berkaitan dengannya dapat bertindak sebagai sumber-sumber penting maksud tersebut bagi usaha para siswa untuk belajar.
Didalam model pembelajaran investigasi kelompok terdapat tiga konsep utama, yaitu penelitian atau “inquiry”, pengetahuan atau “knowledge”, dan dinamika belajar kelompok atau “the dynamics of the learning group”. Yang dimaksud dengan penelitian ialah proses dimana pebelajar dirangsang dengan cara menghadapkan pada masalah. Didalam proses ini pebelajar memasuki situasi dimana mereka memberikan respon terhadap masalah yang mereka rasakan perlu untuk dipecahkan. Masalah itu sendiri dapat timbul dari pebelajar atau diberikan oleh pengajar. Yang dimaksud dengan pengetahuan ialah pengalaman yang tidak dibawa lahir tapi diperoleh oleh individu  melalui dan dari pengalamannya baik langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan pada suasana yang menggambarkan sekelompok individu saling berinteraksi mengenai sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama. Dalam interaksi ini melibatkan proses berbagi ide dan pendapat serta saling tukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi.
Keberhasilan implementasi model investigasi kelompok, sebelumnya menuntut pelatihan dalam kemampuan komunikasi dan social. Fase ini sering disebut sebagai meletakkan landasan kerja dan pembentukan tim. Guru dan siswa melaksanakan sejumlah kegiatan akademik dan non akademik yang dapat membangun norma-norma perilaku kooperatif yang sesuai didalam kelas.
Aspek penting dalam model investigasi kelompok  adalah perencanaan kooperatif siswa atas apa yang dituntut dari mereka. Anggota kelompok mengambil bagian dalam merencanakan berbagai dimensi dan tuntutan dari proyek mereka. Bersama-sama mereka menentukan apa yang mereka ingin investigasikan sehubungan dengan upaya mereka untuk “menyelesaikan masalah yang mereka hadapi; sumber apa yang mereka butuhkan; siapa akan melakukan apa; dan bagaimana mereka akan menampilkan proyek mereka yang sudah selesai kehadapan kelas. Biasanya ada pembagian tugas dalam kelompok yang mendorong tumbuhnya interdependensi yang bersifat posotif diantara anggota kelompok.
Kemampuan perencanaan kooperatif harus diperkenalkan secara bertahap ke dalam kelas dan dilatih dalam berbagai situasi sebelum kelas tersebut melaksanakan proyek investigasi berskala penuh. Para guru dapat memimpin diskusi dengan seluruh kelas atau dengan kelompok-kelompok kecil, untuk memunculkan gagasan-gagasan untuk menerapkan tiap aspek kegiatan kelas. Para siswa dapat membantu rencana kegiatan-kegiatan jangka pendek yang hanya akan dilakukan untuk satu periode, dan bisa juga untuk kegiatan jangka panjang.
Peran guru dalam investigasi kelompok sebagai narasumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeliling diantara kelompok-kelompok yang ada dan untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya, membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek pembelajaran. Yang pertama dan terpenting adalah guru harus membuat model kemampuan komunikasi dan social yang diharapkan dari para siswa.
Joyce dan Weill (1986) mengemukakan bahwa setiap model pembelajaran memiliki unsur-unsur : (1) Sintakmatik, (2) Sistem Sosial, (3) Prinsip Reaksi, (4) Sistem Pendukung, dan (5) Dampak Instruksional dan Pengiring. Karakteristik model pembelajaran Investigasi Kelompok adalah sebagai berikut :
2.2.1.      Sintakmatik
Model Pembelajaran Investigasi Kelompok memiliki tahapan kegiatan seperti berikut :
a.    Pebelajar berhadapan dengan situasi yang problematis.
b.    Pebelajar melakukan eksplorasi sebagai respon terhadap situasi yang problematis itu.
c.    Pebelajar merumuskan tugas-tugas belajar dan mengorganisasikannya untuk membangun suatu proses penelitian.
d.   Pebelajar melakukan kegiatan belajar individual dan kelompok.
e.    Pebelajar menganalisis kemajuan dan proses yang dilakukan dalam proses penelitian kelompok itu.
f.     Melakukan proses pengulangan kegiatan.
2.2.2.      Sistem Sosial
Sistem sosial yang berlaku dan berlangsung dalam model ini bersifat demokratis yang ditandai oleh keputusan yang dikembangkan dari atau setidaknya diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam konteks masalah yang menjadi titik sentral kegiatan belajar. Kegiatan kelompok yang terjadi sedapat mungkin bertolak dari pengarahan minimal pembelajar. Dengan demikian suasana kelas akan terasa tak begitu terstruktur. Pembelajar dan pebelajar memiliki status yang sama di hadapan masalah yang dipecahkan dengan peranan yang berbeda. Iklim kelas ditandai oleh proses interaksi yang bersifat kesepakatan atau konsensus.
2.2.3.      Prinsip Pengelolaan/Reaksi
Dalam kelas yang menerapkan model Investigasi Kelompok, pembelajar lebih berperan sebagai konselor, konsultan, dan pemberi kritik yang bersahabat.  Dalam kerangka ini pembelajar seyogyanya membimbing dan mengarahkan kelompok melalui 3 tahap :
a.     Tahap pemecahan masalah.
b.    Tahap pengelolaan kelas.
c.     Tahap pemaknaan secara perseorangan
Tahap pemecahan masalah berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan, apa yang menjadi hakikat masalah, dan apa yang menjadi fokus masalah. Tahap pengelolaan kelas berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan, informasi apa saja yang diperlukan, bagaimana mengorganisasikan kelompok untuk memperoleh informasi itu. Sedangkan tahap pemaknaan perseorangan berkenaan dengan proses pengkajian bagaimana kelompok menghayati simpulan yang dibuatnya dan apa yang membedakan seseorang sebagai hasil dari mengikuti proses tersebut.
2.2.4.      Sistem Pendukung
Sarana pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan model ini adalah segala sesuatu yang menyentuh kebutuhan pebelajar untuk dapat menggali berbagai informasi yang sesuai dan diperlukan untuk melakukan proses pemecahan masalah kelompok. Perpustakaan diusahakan untuk cukup memiliki sumber informasi yang komprehensif dengan alat bantu pembelajaran atau media yang relatif memadai pula.

2.2.5.      Dampak Instruksional dan Pengiring
Dampak instruksional dan pengiring model ini, dapat dilukiskan dalam gambar di bawah ini :
Gambar 1
Dampak Instruksional dan Pengiring
Model investigasi Kelompok (Joyce dan Weil, 1986:237)

Model Investigasi Kelompok
Menghormati Hak Asasi Manusia dan Komitmen terhadap Keanekaragaman
Kemerdekaan sebagai Pebelajar

Komitmen terhadap Penelitian Sosial
Proses dan Keteraturan Kelompok yang Efektif
Kehangatan dan Keterikatan antar Manusia
Pandangan Konstruksionis tentang Pengetahuan
Penelitian yang Berdisiplin
 











Keterangan :
dampak instruksional
dampak pengiring
2.2.6.      Kerangka Operasional Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
Model investigasi kelompok dapat diadaptasi dalam bentuk kerangka operasional sebagai berikut :







MODEL INVESTIGASI KELOMPOK
Gambar 2


(Joyce & Weil : 1986)
KEGIATAN PEMBELAJAR
LANGKAH POKOK
KEGIATAN PEBELAJAR
 


Situasi Bermasalah
Sajikan situasi                                                                Amati situasi
    Bermasalah                                                                       Bermasalah
 


Eksplorasi
Bimbing Proses                                                             Jelajahi           
    Eksplorasi                                                                         Permasalahan
                                                                                          Temukan kunci             
                                                                                              Permasalahan
Perumusan Tugas belajar
 
Pacu Diskusi                                                                    Rumusan Apa
    Kelompok                                                                          yang  Harus
                                                                                               Dilakukan
■ Atur pembagian
   Tugas dalam
    Kelompok

Kegiatan Belajar
Pantau Kegiatan                                                            Belajar
    belajar                                                                              individual dan
                                                                                        Kelompok
                                                                                     ■ cek tugas yg
                                                                                         Harus dikerjakan

Analisis Kemajuan
Cek Kemajuan                                                               Cek Proses dan
    Belajar kelompok                                                              Hasil penelitian
                                                        Penelitian                 Kelompok
Dorong tindak                                                               Lakukan Tindak
  Lanjut
  Daur-ulang

(Adaptasi, Udin: 1984)


Menurut Suherman (2001: 75) metode pembelajaran investigasi kelompok memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model pembelajaran ini adalah :
a.         Siswa menjadi lebih aktif.
b.         Diskusi menjadi lebih aktif.
c.         Tugas guru menjadi lebih ringan.
d.        Siswa yang nilainya tertinggi diberikan penghargaan yang dapat mendorong semangat belajar siswa.
e.         Setiap kelompok mendapatkan tugas yang berbeda sehingga tidak mudah untuk mencari jawaban dari kelompok lain
Sementara itu kekurangan model pembelajaran investigasi kelompok adalah:.
a.         Membutuhkan waktu yang lama.
b.         Siswa cenderung ribut, sebab peran seorang guru sangat sedikit.
c.         Biasanya siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan hasil temuannya kepada temannya.
Dengan beberapa kelebihan dan kelemahannya model investigasi kelompok merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai alternative dalam pembelajaran. Implementasi model investigasi kelompok dalam pembelajaran dikelas sebagaimana terlampir.

2.3.  Karakteristik Mata pelajaran IPS
2.3.1.      Hakekat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Soemantri (2001), membedakan definisi pendidikan IPS untuk sekolahan dan perguruan tinggi. Pendidikan IPS dalam sekolah adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu social dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. (Sapriya, 2009:11).
IPS ditingkat sekolah pada dasarnya  bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skills), sikap dan nilai (attitude and values). Yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah social serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi social masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
2.3.2.      Dimensi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Program pendidikan IPS yang komprehensif adalah program yang mencakup empat dimensi meliputi : a) dimensi pengetahuan (knowledge), b) dimensi keterampilan (skills), meliputi ketrampilan, ketrampilan meneliti, berfikir,  partisipasi social, dan ketrampilan komunikasi, c) dimensi nilai dan sikap (values and attitudes), dan d) dimensi tindakan (action)
Dimensi pengetahuan (knowledge) mengemukakan bahwa pengetahuan social mencakup keyakinan dan pengelaman belajar siswa. Secara konseptual pengetahuan hendaknya mencakup fakta, konsep, dan generalisasi yang dipahami oleh siswa.
Dimensi keterampilan  mencakup kecakapan mengolah dan menerapkan informasi yang merupakan keterampilan yang sangat penting untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang mampu berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat demokratis. Sejumlah keterampilan yang diperlukan sehingga menjadi unsure dalam dimensi IPS dalam pembelajaran adalah keterampilan meneliti, berfikir, partisipasi social, dan berkomunikasi.
Dimensi ketrampilan meliputi, keterampilan meneliti diperlukan untuk mengumpulkan, mengolah, menafsirkan, menganalisis, menyimpulkan, menerapkan dan membuat pertimbangan berdasarkan data yang diperoleh dalam mengungkap masalah. Keterampilan berfikir diperlukan dalam berkontribusi terhadap pemecahan masalah dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat secara efektif. Keterampilan partisipasi social perlu dibelajarkan dalam berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Keterampilan komunikasi diperlukan dalam rangka member kesempatan untuk mengungkapkan pemahaman dan perasaan secara jelas, efektif dan kreatif.
Nilai dan sikap menyangkut keyakinan atau prinsip yang berlaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat ketika berfikir dan bertindak.
Dimensi tindakan penting karena dapat memungkinkan siswa menjadi peserta didik yang aktif yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar secara konkret dan praktis.
2.3.3.      Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.
Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pembelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Awan Mutakin, 1998).
1.    Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
2.    Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
3.    Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
4.    Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.
5.    Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat. pengembangan keterampilan pembuatan keputusan.
6.    Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.
7.    Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi.
8.    Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya “to prepare students to be well-functioning citizens in a democratic society’ dan mengembangkan kemampuan siswa mengunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.

9.    Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi Pembelajaran IPS yang diberikan.
 
2.3.4.      Model Investigasi Kelompok dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Sesuai dengan karakteristik tersebut maka dalam pembelajaran IPS anak diharapkan memiliki empat dimensi meliputi : dimensi pengetahuan (knowledge), dimensi keterampilan (skills), dimensi nilai dan sikap (values and attitudes), dan dimensi tindakan (action), tentunya dalam pembelajaran IPS tidak hanya cukup dengan ceramah dan tanya jawab saja. Mengingat ceramah dan tanya jawab hanya dapat menjawab dari dimensi pengetahuan saja.
Diperlukan sebuah model pembelajaran yang dapat menjawab keempat dimensi dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) agar dalam pembelajaran siswa selain mendapatkan pengetahuan juga mendapat keterampilan meneliti, berfikir, partisipasi social, dan mampu berkomunikasi dengan baik serta dimensi tindakan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan semua aspek itu adalah Model Investigasi Kelompok (Group Investigation), karena dalam sintakmatik/tahapan-tahapan pembelajaran model investigasi kelompok keseluruhan dimensi dalam pembelajaran IPS diperoleh oleh siswa dari dimensi pengetahuan yang diperoleh selama kegiatan belajar mengajar, dimensi ketrampilan meneliti, berfikir partisipasi social, berkomunikasi dan dimensi tindakan diperoleh selama proses investigasi, berdiskusi dalam kelompok, presentasi sampai kepada penyusunan laporan hasil investigasi. Sehingga model investigasi merupakan salah satu model pembelajaran yang lebih banyak memberikan ketrampilan kepada siswa.
Dengan model investigasi kelompok maka tujuan pembelajaran IPS sebagaimana disebutkan diatas dapat dicapai oleh siswa.


2.4.      Implementasi Model Pembelajaran Invetigasi Kelompok
Implementasi Model Investigasi Kelompok dalam pembelajaran adalah sebagaimana dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajan   :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Nama Sekolah          : Sekolah Menengah Pertama MTP
Mata Pelajaran          : Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas / Semester       : IX / 1 (satu)
Standar Kompetensi : 3. Memahami perubahan sosial budaya
Kompetensi Dasar    : 3.2 Menguraiakan tipe-tipe perileku masyarakat dalam menyikapi perubahan.
Alokasi Waktu          : 2 X 40 menit (2x pertemuan)

A.     Tujuan Pembelajaran :
Setelah mempelajari materi siswa diharapkan mampu :
1.      Memberi contoh terjadinya perubahan sosial budaya.
2.      Menjelaskan factor-faktor pendorong perubahan sosial budaya.
3.      Menjelaskan factor-faktor penghambat perubahan sosial budaya.
4.      Memberi contoh perilaku masyarakat sebagai akibat adanya perubahan sosial budaya.
5.      Mengembangkan sikap kritis terhadp pengaruh perubahan sosial budaya.

v  Karakter siswa yang diharapkan :         Dapat dipercaya ( Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Jujur ( fairnes )
Kewarganegaraan ( citizenship )
B.     Materi Pembelajaran:
1.      Pengertian  perubahan sosial budaya.
2.      Factor-faktor penyebab perubahan sosial budaya.
3.      Contoh-contoh terjadinya perubahan sosial budaya.
4.      Factor-faktor pendorong perubahan sosial budaya.
5.      Factor-faktor penghambat perubahan sosial budaya.
6.      perilaku masyarakat dalam mensikapi perubahan sosial budaya.
7.      Sikap kritis terhadp pengaruh perubahan sosial budaya.

C.     Metode Pembelajaran
1.      Pendekatan pembelajaran kooperatif
2.      Model investigasi kelompok

D.     Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran :
      Materi  : - Pengertian perubahan sosial budaya.
                    - Faktor-faktor penyebab perubahan sosial budaya.
                      - Akibat perubahan sosial budaya
                      - Sikap kritis terhadap pengaruh perubahan sosial budaya
a. Pendahuluan     :
1.      Memeriksa kehadiran siswa, kebersihan dan kerapian kelas.
2.      Motivasi dengan beberapa pertanyaan misalnya          :
Ø  Apakah ada perubahan di desamu dalam 3 tahun terakhir?
Ø  Menayangkan gambar perubahan sosial budaya
Petani yang melek Iptek
      Perubahan iklim
3.      Apersepsi         ;
Ø  Masyarakat itu selalu berubah dari waktu ke waktu.

b. Kegiatan Inti.
§ Disajukan masalah
F  Siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topic, dan mengkategorikan saran-saran.
F  Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topic yang telah mereka pilih. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dalam memilih masalah yang disenangi.
F  Berdasarkan sumber dan topic yang disepakati oleh siswa, Guru menampilkan gambar perubahan social dari waktu kewaktu sebagai permasalahan yang akan diangkat dalam diskusi

§  Eksplorasi
F  melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/parubahan social budaya yang akan didiskusikan berdasarkan gambar yang sudah ditampilkan dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber dengan menggunakan buku sumber yang ada diperpustakaan;
F  Guru minta siswa untuk mengamati peraga berupa gambar-gambar/foto.

§  Perumusan Tugas Belajar
F  Berdasarkan kelompok yang disepakati, para siswa merencanakan bersama dalam kelompok menganai :
Ø  Apa yang dipelajari ? (perubahan social budaya)
Ø  Bagaimana kita mempelajarinya ?  (investigasi ke;ompok)
Ø  Siapa melakukan apa ? (pembagian tugas),
Ø  Untuk tujuan apa kita menginvestigasi topic ini ?
Ø  Sumber apa yang dipakai dalam investigasi kelompok? (perpustakaan dan buku sumber yang relevan)

§  Kegiatan Belajar
F  Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat kesimpulan dalam kelompok terkait dengan topic perubahan social budaya.
F  Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.
F  Para siswa bertukar pikiran, berdiskusi, tanya jawab, mengklasifikasi, dan mensintesis semua gagasan yang muncul selama kegiatan investigasi.
F  Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain dalam menginvestigasi topic perubahan sosial;
F  Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan guru, lingkungan, serta sumber belajar lainnya;
F  Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
F  Guru memantau perkembangan belajar disetiap anggota kelompok dan kelompok dalam menyelesaikan tugasnya

§ Analisis Kemajuan
F  Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial berdasarkan masalah yang mereka investigasi sesuai topic yang diminati.
F  Anggota kelompok merencanakan apa yang mereka laporkan, dan bagaimana membuat laporan akhir dan presentasi yang akan diajukan.
F  Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana presentasi.
F  Guru mengecek hasil investigasi dan laporan setiap kelompok
F  Melaksanakan presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk berdasarkan criteria yang telah disepakati sebelumnya oleh seluruh anggota kelompok.
F  Kelompok lain memberikan umpan balik selama presentasi.
F  Guru dan siswa bersama-sama mengevaluasi pembelajaran mengenai presentasi, mengenai tugas yang mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman selama proses investigasi.

c. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
F  bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan  pelajaran;
F  melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
F  memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
F  merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik
2. Sumber Belajar;
1.      Buku IPS yang relevan
2.      OHP
3.      Gambar-gambar perubahan social

E.     Penilaian Hasil Belajar:
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian
Teknik
Bentuk
 Instrumen
Instrumen
Ü  Mengidentifikasin tipe-tipe masyarakat dalam menyikapi perubahan.

Ü  Memberi contoh perilaku masyarakat sebagai akibat adanya perubahan sosial budaya.

Penugasan
 Laporan Hasil Diskusi
Ü  Berdasarkan hasil diskusi yang telah dirumuskan buatlah laporan hasil diskusi dalam bentuk laporan yang diketik dengan ketentuan :
Ø  Dalam kertas A4
Ø  Spasi 1,5 cm
Ø  Dikumpulkan minggu depan.


                                                                       
Mengetahui,
Kepala Sekolah ..................




( …………………………………. )


Jambi,  Juli 2011
Guru Mapel  IPS,




( …………………………………. )




BAB III
Penutup

3.1.            Simpulan
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Terdapat empat pengelompokan model pembelajaran yakni: 1) Kelompok Model Pengolahan Informasi atau “The Information Processing Family”, 2) Kelompok Model Personal atau “The Personal Family”, 3) Kelompok Model Social atau “The social Family” , dan 4) Kelompok Model System Perilaku atau “The Behavioral Sistem Family”.
Model Investigasi kelompok merupakan bentuk pembelajaran kooperatif dengan metode spesialisasi tugas. Dengan berbagai kelebihan dan kelemahannya model investigasi kelompok merupakan salah satu alternative model pembelajaran yang bisa dipilih dalam pembelajaran.

3.2.            Saran
Dengan keterbatasan literature kami sadar makalah ini masih jauh dari sempurna, kami sangat mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan makalah ini selanjutnya.